Showing posts with label pesawat bantu kapal. Show all posts
Showing posts with label pesawat bantu kapal. Show all posts

Penyebap Menurunya Produksi Air Tawar FWG

diagram yang menunjukkan penurunan jumlah produksi air tawar yang dihasilkan oleh fresh water generator FWG

Penyebap Menurunya Produksi Air Tawar FWG

Setelah penulis analisa, terdapat beberapa faktor yang menurut penulis menyebabkan penurunan produksi air tawar oleh pesawat Fresh Water Generator di kapal yaitu:
  1. Menurunnya penyerahan panas pada Evaporator 
  2. Penurunan jumlah air laut yang masuk ke evaporator.
  3. Menurunnya tekanan kevakuman pada ruang pesawat Fresh Water Generator.

1.Menurunnya penyerahan panas pada Evaporator 

Evaporator heat exchanger  merupakan suatu komponen pesawat Fresh Water Generator berbentuk pelat  terbuat dari bahan platinium, yaitu logam yang dapat menghantarkan panas dengan uap dengan memanfaatkan fresh water jacket cooling main engine yang bersuhu tinggi yaitu sekitar 70ºC-80ºC. Adapun yang dapat menimbulkan menurunnya penyerahan panas pada evaporator  adalah:

a. Tebalnya scale pada pelat evaporator 

Adapun penyebab terbentuknya kerak-kerak atau scale antara lain karena adanya endapan kotoran air laut yang tidak dapat disaring oleh saringan pompa ejector yang kemudian mengendap pada pelat pelat evaporator ataupun kondensor  sehingga terjadi kerak-kerak atau scale pada sisi bagian luar pelat evaporator dan  kondensor sehingga terjadi penambahan tebal pada pelat tersebut yang menyebabkan  penyerahan panas kurang maksimal yang dapat menyebabkan menurunnya produksi air tawar pada fresh water generator.

Setelah dipakai beberapa lama, permukaan sisi air laut dari evaporator akan dilapisi kerak-kerak atau scale, dapat pula mengalami korosi sebagai akibat interaksi antara fluida dengan bahan yang digunakan dalam konstruksi penyerahan panas yang kemudian akan mengakibatkan penyerahan panas yang tidak optimal oleh air tawar pendingin mesin induk. Kerak atau kotoran akan menghalangi penyerahan panas yang mengganggu proses evaporasi terhadap air laut yang telah melalui kondensor sehingga berlangsung lambat dan jumlah produksi air tawar yang dihasilkan tidak maksimal. 

Berdasarkan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa laju perpindahan atau penyerahan panas berbanding terbalik dengan ketebalan scale yang menempel pada pelat evaporator maupun kondensor Jika scale yang terbentuk semakin tebal maka laju penyerahan panas akan semakin menurun, yang dapat mengakibatkan terganggunya proses penguapan, hingga akhirnya mempengaruhi jumlah air tawar yang dihasilkan oleh pesawat Fresh Water Generator. 

2.Penurunan jumlah air laut yang masuk ke evaporator.

Menurunya jumlah air tawar yang masuk ke evaporator di akibatkan oleh rendahnya tekanan pompa pada pompa ejector, dimana isapan pompa yang tidak maksimal dapat mengurangi jumlah air yang akan masuk ke ruang evaporator dan juga bisa menimbulkan scale pada pipa-pipa air laut yang masuk pada system Fresh Water Generator

Berdasarkan  Manual book of Alva laval JWP 26 C100, menurunnya produksi air tawar oleh pesawat 0 juga dapat disebabkan karena jumlah air laut yang masuk ke evaporator berkurang jumlahnya.

Dari data hasil analisa  dapat ditarik kesimpulan bahwa penurunan kuantitas dan kualitas air tawar yang dihasilkan oleh pesawat Fresh Water Generator dipengaruhi oleh jumlah air laut yang masuk ke evaporator, dimana hubungan antara keduanya yaitu jumlah air yang masuk ke evaporator setiap 1 jam berbanding lurus dengan jumlah air tawar yang dihasilkan oleh pesawat Fresh Water Generator.

Oleh karena itu, jika jumlah air laut yang masuk ke evaporator menurun maka jumlah produksi air tawar oleh pesawat Fresh Water Generator juga akan menurun.

penulis menarik kesimpulan bahwa jika terdapat perbedaan temperatur yang besar antara jacket water inlet dan jacket water outlet, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan jumlah air yang masuk ke evaporator yang kemudian akan mengakibatkan penurunan produksi air tawar oleh pesawat Fresh Water Generator.

3. Menurunnya tekanan kevakuman pada ruang pesawat Fresh Water Generator.

Berdasarkan data di atas didapatkan hubungan antara tekanan kevakuman dan produksi air tawar yang dihasilkan oleh pesawat Fresh Water Generator. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa penurunan produksi air tawar yang dihasilkan oleh pesawat Fresh Water Generator berhubungan dengan tekanan kevakuman, dimana dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jika tekanan kevakuman berkurang/menurun maka jumlah air tawar yang dihasilkan oleh pesawat Fresh Water Generator juga akan berkurang.

Tekanan kevakuman pada ruang Fresh Water Generator (evaporator dan kondensor) sangatlah penting dalam proses penguapan. Bila kevakuman terjadi dengan baik maka titik didih zat cair semakin rendah. Apabila tekanan kevakuman maksimal, berkisar antara 67-76cmHg atau 91%-99%, maka dengan temperatur pemanasan yang berkisar 70ºC-880ºC yang berasal dari Jacket Cooling Main Engine, air laut akan mendidih dan sebaliknya tekanan kevakuman berkurang maka akan memperlambat proses penguapan sehingga akan berpengaruh terhadap produksi air tawar yang dihasilkan pada Fresh Water Generator 

Memperbaiki Kerusakan Fresh Water Generator

memeprbaiki kerusakan yang sering terjadi pada fresh water generator yang sering terjadi, yang mengakibatkan kurangnya produksi air tawar diatas kapal

Untuk menanggulangi atau mengatasi masalah produksi air tawar yang dihasilkan oleh Fresh Water Generator menurun yang di sebabkan oleh :

“TIDAK MAKSIMALNYA KEVAKUMAN FRESH WATER GENERATOR  PADA EVAPORATOR SHELL”

Kurangnya kevakuman pada Evaporator Shell dapat di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

Tekanan Ejector Pump rendah

Apabila tekanan pada Ejector Pump rendah maka tekanan dan kecepatan air laut yang dialirkan berkurang sehingga dalam menghisap udara dalam Evaporator dan kondensor akan berkurang dan menyebabkan proses pemvakuman didalam Evaporator Shell tidak dapat hasil yang maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a.Penyumbatan pada impeller pompa Ejector

Masalah yang sering terjadi pada Impeller pompa adalah terjadinya penyumbatan pada lubang-lubang impeller khususnya untuk pompa-pompa air laut. Hal ini disebabkan air laut mempunyai kadar garam yang tinggi, juga masih terdapat kotoran yang ukurannya lebih kecil dan tidak dapat disaring oleh saringan, sehingga dapat menimbulkan penyumbatan akibat menempelnya endapan dan kerak-kerak pada lubang-lubang impeller pompa.

Hal seperti ini dapat diatasi dengan melakukan pembongkaran pada pompa Ejector sesuai dengan petunjuk dari Instruction Manual Book, lalu mengadakan pembersihan pada impeller khususnya lubang-lubang impeller dari endapan dan kerak-kerak yang menempel dengan merendam impeller tersebut kedalam cairan Chemical Saf Acid sampai kerak-kerak tersebut terlepas. Setelah itu bersihkan dengan air tawar kemudian di berikan penyemprotan dengan angin yang bertekanan sampai bersih. (lihat pada lampiran II)

b.Kerusakan pada Mechanical Seal

Kerusakan pada Mechanical Seal akan menyebabkan kurangnya tekanan dari pompa di karenakan udara luar akan masuk ke dalam sistem melalui Mechanical Seal sehingga pompa terus menerus menghisap udara.

Hal ini dapat diatasi yaitu dengan cara membongkar pompa sesuai dengan petunjuk pada Instruction Manual Book dan mengganti mechanical seal tersebut dengan yang baru. (lihat pada lampiran II)

Baca: Cara Mengoprasikan FWG diatas Kapal

 

Terjadinya Penyempitan Aliran Pada Nozzle Ejector

Air yang bertekanan dialirkan melalui sebuah Nozzle yang ada pada Nozzle Ejector dan mengakibatkan air yang keluar dari Nozzle mempunyai kecepatan besar. Air yang digunakan adalah air laut yang mempunyai kandungan kadar garam yang tinggi dan kotoran yang dapat menimbulkan karat dan kerak, apabila di biarkan dalam waktu yang lama akan mempersempit aliran pada Nozzle Ejector.

Untuk mengatasi ganguan tersebut maka yang harus dilakukan adalah dengan mengadakan pembersihan pada Nozzle Ejector karena dengan adanya kotoran dan kerak-kerak yang menempel pada Nozzle menyebabkan aliran air laut yang masuk ke Ejector berkurang. 

Pembersihan ini dilakukan dengan cara melepas Ejector dari dudukannya. Setelah itu Ejector direndam dengan chemical saf acid yang telah disiapkan, sampai kotoran dan kerak-kerak terlepas. Jika Ejector sudah bersih dari kotoran maka lakukan pembilasan Ejector dengan air tawar, lalu semprotkan dengan air yang bertekanan. Pembersihan ini dilakukan setiap 8000 jam sekali sesuai dengan instruction manual book. (lihat pada lampiran IV)


Kebocoran Pada Packing Pipa Penghubung Antara Evaporator Shell dan Ejector

Pada pesawat Fresh Water Generator terdapat bagian-bagian yang terpisah diantaranya adalah Evaporator Shell dan Ejector yang kemudian disambung atau diikat dengan menggunakan mur atau baut dan sudah tentu sambungan-sambungannya menggunakan Packing agar tidak bocor.

Baca: Cara Kerja Fresh Water Generator FWG

Untuk mengatasi kebocoran pada packing sambungan antara Evaporator Shell dan Ejector adalah dengan mengganti Packing yang lama dengan Packing yang baru dan sesuai dengan Packing tersebut misalnya Packing karet digunakan untuk sambungan-sambungan pipa pada air tawar dan air laut dengan suhu tidak terlalu tinggi. 

Cara pemasangan Packing harus tepat pada lubang baut agar Packing tersebut tidak rusak dan robek. Setelah dipasang gunakan silicon untuk menutupi agar meyakinkan bahwa bagian itu tidak mengalami kebocoran dan packingnya harus sering di cek, apabila sudah terlihat akan rusak hendaknya segera diganti dengan yang baru karena apabila tidak diganti maka akan mempengaruhi kevakuman dari pesawat Fresh Water Generator  tersebut. (lihat pada lampiran VIII)


Adanya Kebocoran Pada Pompa Distilasi

Kebocoran pada pompa Distilasi air tawar mengakibatkan air yang telah dikondensasikan tidak dapat dipompakan masuk ke dalam pompa karena terhalang oleh adanya udara. Akibatnya kevakuman pada Evaporator Shell akan menurun. 

Cara mengatasi apabila terjadi kebocoran pada pompa distilasi yang disebabkan oleh :

a.Kebocoran pada pipa hisap.

Apabila ini terjadi sebaiknya pengelasan tidak di lakukan karena dekat dengan body Fresh Water Generator dan apabila memungkinkan kita tambal dengan menggunakan Devcon bila pipa tidak memungkinkan lagi untuk dipakai adakan pergantian pipa sesuai dengan ukuran pipa sebenarnya. (lihat pada lampiran III)

b.Gland packing pompa longgar/rusak.

Jika terjadi hal yang demikian maka untuk mengatasinya yaitu dengan menekan Packing ke dalam dan melihat pompa tidak berat berputar. Bila Packing rusak atau putus maka adakan pergantian Gland Packing yang putus. (lihat pada lampiran III)


Perbedaan Ikatan Iklis Dengan Ikatan Rantai Pada Bahan Bakar

Salah satu sebab gagalnya pebakaran awal pada ketel uap akibat tidak tepatnya suhu atau temperatur pada bahan bakar yang menyebabkan tidak tercapainya viskositas yang diinginkan sehingga terjadi pembakaran yang tidak sempurna yang menyebabkan kegagalan pembakaran pada ketel uap.

Di dalam bahan bakar ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang menjadi ukuran tingkat kualitas dari bahan bakar tersebut yaitu :

Komponen Kimianya dan Titik Aniline

Titik aniline berfungsi untuk mengetahui apakah bahan bakar tersebut mengandung banyak bahan bakar dengan ikatan siklis. Lebih tinggi titik aniline, lebih sedikit pula ikatan siklis yang terdapat pada bahan bakar. Perbedaan antara ikatan siklis dan ikatan rantai adalah sebagai berikut:

Bahan bakar dengan ikatan siklis

  • Berat jenis lebih besar
  • Antiknock dan tahap kompresi tinggi
  • Lebih banyak C daripada H
  • Nilai kalor lebih rendah
  • Lebih stabil dan kokoh

Bahan bakar dengan ikatan rantai 

  • Berat jenis lebih ringan
  • Lebih banyak H daripada C
  • Tidak tahan suhu tinggi
  • Nilai kalor lebih besar
  • Tidak stabil, karena pada pemanasan terjadi proses cracking

diagram Kondensasi cair


Keterangan Diagram

a-b Bila air dipanaskan sampai air itu menguap, kemudian didinginkan lagi, maka uap tersebut akan kembali menjadi air.

c-d-e Bila bahan bakar dengan dasar ikatan rantai dipanasi dari c ke d, kemudian bahan bakar tersebut didinginkan, garis kondensasi akan menyimpang ke e, artinya bahan bakar akan pecah menjadi beberapa jenis bahan bakar dan terdiri dari molekul-molekul ringan dan berat.

f-g Bila bahan bakar dengan dasar ikatan siklis  (gelang) dipanasi dari f-g, kemudian didinginkan, garis kondensasi akan mengikuti garis lama yaitu g-f.

Adapun jenis bahan bakar yang digunakan pada ketel uap di kapal adalah HFO yang mana jika dipanaskan lebih dari 100°C akan menyebabkan proses cracking yaitu akan mengeluarkan kadar air dan kadar aspal pada bahan bakar.


Kekentalan Viskosity

Kekentalan disebut juga viskositas. Untuk beberapa jenis bahan bakar sangat berbeda  satu dengan yang lain. Bahan bakar encer disebut bahan bakar dengan viskositas rendah dan bahan bakar kental disebut  bahan bakar viskositas tinggi. 


Berat jenis

Biasanya berat jenis ditentukan pada 20º/4oC, artinya berat jenis bahan bakar ditentukan pada suhu 20ºC dan air 4ºC sebagai kesatuan.
  Berat bahan bakar dalam piknometer pada 20°C
Jadi  BJ = -----------------------------------------------------------------
Berat air dalam piknometer pada 4°C
Berikut adalah tabel perbandingan dari SG, Viscositas dan temperatur.


Tabel perbandingan dari SG, Viscositas dan temperatur

Tabel perbandingan dari SG, Viscositas dan temperatur

Tabel menunjukkan beberapa jenis bahan bakar berdasarkan perbandingan SG, viscositas dan temperatur. Adapun yang digunakan di atas kapal adalah bahan bakar HFO jenis Navy II yaitu bahan bakar yang pada suhu 38°C memiliki viskositas sebesar 3500 sec. dan bahan bakar jenis ini mempunyai specivic gravity yaitu maksimum 1.0 pada 15°C atau dengan kata lain ≤ 1.0.

Pada saat terjadi kegagalan pembakaran pada ketel uap, suhu bahan bakar adalah 55°C dengan viscositas 1.500 sec sedangkan suhu normal adalah 60-85°C  dengan viscositas 675-2750. Hal ini dikarenakan diperlukannya butiran-butiran yang halus dari bahan bakar guna menjamin terjadinya pembakaran yang baik. 

Titik nyala atau titik bakar

Titik nyala atau titik bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar tersebut dapat terbakar. Pada bejana terbuka terdapat titik nyala yang lebih tinggi daripada bejana tertutup. Hal ini disebabkan konsentrasi gas pada bejana terbuka lebih kecil dan sebagian sudah ada di atmosfir. 

Menurut peraturan Inspeksi pelayaran, kapal hanya diperkenankan untuk menggunakan bahan bakar yang mempunyai titik nyala ≥ 55°C. Sedangkan pada peraturan Lloyd Register London menentukan titik nyala yang lebih tinggi yaitu        ≥ 65°C. Adapun titik nyala bahan bakar yang kami peroleh dari pihak bunker  adalah 200°F (93°C).
Naiknya temperatur mengakibatkan berkurangnya kekentalan cairan. Temperatur dan kekentalan cairan mempunyai hubungan yang sangat erat dalam pemilihan minyak yang akan digunakan. Untuk atomisasi bahan bakar, maka sangat perlu untuk memanaskan minyak yang memiliki viskositas yang tinggi.

Sangat penting untuk menspesifikasikan temperatur pada kekentalan bernilai berlainan  satu sama lain. Redwood viscocities bahan bakar ada yang bernilai 21, 38, 60, 94, 121°C, adapun  Fuel oil biasanya pada nilai 38°C.

Faktor yang dipengaruhi oleh viskositas adalah kecepatan bahan bakar yang melalui pipa, atomisasi (pengabutan bahan bakar), dan faktor kekotoran bahan bakar. Terjadinya kegagalan pembakaran awal pada ketel uap secara umum disebabkan oleh rendahnya suhu bahan bakar pada saat akan dilakukan pembakaran.     

Kegagalan Pembakaran Pada Boiler Kapal

 
penyebap terjadinya kegagalan pembakaran pada boiler kapal

Kegagalan Pembakaran Pada Boiler

Pada saat terjadi kegagalan pembakaran pada ketel uap (Boiler kapal), maka ada beberapa  langkah yang diambil untuk penanggulangan masalah dan dari langkah penanggulangan masalah tersebut  ada beberapa data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diperiksa oleh masinis  yaitu :


Pemeriksaan Terhadap Jarak Dari Elektroda Pilot Burner

Langkah awal yang diambil oleh masinis III  pada saat terjadi masalah adalah melakukan pemeriksaan dan pembersihan kotoran yang menempel pada kawat elektroda igniter serta mengadakan penyetelan ulang antara jarak kedua ujung elektroda dan jarak antara mulut nozzle dengan ujung elektroda. Pada saat pemeriksaan terhadap jarak kedua katup  elektroda pilot burner memperoleh data sebagai berikut :

Jarak Pada Manual Book 6 mm - 7 mm Jarak Yang Diperoleh 7 mm Keterangan Normal

Baca: Fungsi Boiler Diatas Kapal

Keterangan di atas menjelaskan bahwa jarak elektroda dengan pilot burner sudah tepat. Jarak elektroda pilot burner yang dapat menyebabkan kegagalan pembakaran awal adalah lebih besar dari 7 mm dan kurang dari 6 mm. Bila mana lebih atau kurang dari ukuran yang telah ditetapkan maka tidak bisa menghasilkan percikan api yang sempurna.


Pemeriksaan Terhadap Kondisi Bahan Bakar

Langkah kedua yang diambil oleh masinis III adalah memeriksa kondisi dari bahan bakar pada ketel uap tersebut. Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap bahan bakar ketel uap maka kami mendapatkan data sebagai berikut :

Temperatur Seharusnya 60-85°C Temperatur Yang Terjadi 55°C Keterangan Abnormal 

Dari data di atas maka sangat jelas bahwa terjadi selisih 5°C untuk menunjang pembakaran yang baik pada ketel uap. Temperatur yang dapat menyebabkan kegagalan pembakaran pada ketel uap adalah lebih kecil dari  60°C dan temperatur di atas 85°C. Hal ini berkaitan dengan kondisi heater bahan bakar. 

Baca: Jenis Bahan Bakar Kapal

Heater yang digunakan di kapal adalah jenis steam heater yaitu media pemanasnya adalah steam sebagai pemanas sedangkan heater yang digunakan tidak bisa menampung suhu panas dengan lama. Adapun viscositas bahan bakar yang diperlukan untuk suatu pembakaran berdasarkan instruction manual book pada ketel uap adalah dibawah 3.500 sec/ 38°C sedangkan apabila dikonversikan pada 60-85°C maka viscositas yang diperlukan adalah 275-675 sec.

Sebelum bahan bakar memasuki heater, bahan bakar tersebut memiliki suhu 50°C sedangkan keluaran yang dibutuhkan adalah       60 - 85°C. 

Berikut adalah diagram kalor jenis rata-rata uap dengan tekanan konstant pada berbagai suhu dan tekanan.

gambar diagram kalor jenis

Sebelum bahan bakar memasuki heater, bahan bakar tersebut memiliki suhu 50°C sedangkan keluaran yang dibutuhkan adalah       60 - 85°C. 

Over Flow Bahan Bakar Pada Purifier

Terjadinya over flow bahan bakar  pada FO. purifier diakibatkan oleh karena tidak bekerjanya beberapa komponen dari purifier sehingga purifier tidak beroperasi dengan normal,

Over Flow Bahan Bakar  Pada Purifier

Terjadinya over flow bahan bakar  pada FO. purifier diakibatkan oleh karena tidak bekerjanya beberapa komponen dari purifier sehingga purifier tidak beroperasi dengan normal, Adapun bagian dari komponen tersebut adalah :


Membran Pada Reducing Valve

Reducing Valve adalah merupakan komponen luar purifier yang berfungsi untuk mereduksi dan mensupplai air  tawar bertekanan tinggi yang masuk ke dalam purifier untuk proses penutupan bowl. Bila tekanan air dari solenoid valve masuk, maka akan menekan membran naik ke atas, sehingga klep pengatur juga ikut naik dan air akan masuk ke dalam purifier melalui saluran masuk air pengoperasian.

Bila tekanan air turun, maka pegas pengatur akan menekan klep ke bawah sehingga menutup jalannya air pengoperasian. Besar atau kecilnya tekanan air yang disuplay oleh reducing valve dapat di atur dengan memutar baut pengatur ke kanan atau ke kiri.

Untuk mengetahui tekanan air yang masuk ke dalam putrifier, maka dipasang manometer.
Jika air suplay tekanan tinggi tidak tersuplay ke dalam purifier untuk proses penutupan bowl, maka akan menyebabkan minyak dalam purifier akan keluar ke sludge tank melalui celah antara bowl hood dan main silinder yang tidak tertutup. 

Akibat terbuangnya bahan bakar ke sludge tank, maka minyak bersih yang keluar menuju tanki penampungan menjadi berkurang dan jumlah kotoran yang terbuang ke sludge tank menjadi bertambah.
Adapun perbandingan bahan bakar (Fuel Oil) yang masuk dan keluar dari purifier pada saat pengoperasian normal dan tidak normal:

1.Pada saat normal:
     SG = 0,905
     T    = 850 C
     Inlet feed rate = 3000 L/h. (P1)
     Outlet feed rate   = 2750 L/h. (P3)
      Lost feed rate = 250 L/h. (P2)
P2  = P1 - P3 
= 3000 – 2750
= 250 L/h


2.Pada saat tidak normal (overflow) :
SG  = 0,905
T     = 850 C
        Inlet feed rate  = 3000 L/h. (P1)
        Outlet feed rate  = 1750 L/h. (P3)
        Lost feed rate   = 1250 L/h. (P2)
P2  = P1 - P3 
= 3000 – 1750
= 1250 L/h
              Ket :            SG         = Spesifik gravity
                                   T           = Temperatur
                                   P1 = Bahan bakar kotor yang masuk
           P3 = Bahan bakar bersih yang keluar

                                        P2 = kotoran (Bahan bakar + Air + 
                                                                 Lumpur) yang ke sludge tank.


Penyebab tidak tersupplainya air pengoperasian yang bertekanan tinggi untuk proses penutupan bowl dalam purifier adalah karena rusaknya membran pada reducing valve.


Rusaknya membran pada reducing valve karena kurangnya perawatan dan jam kerja yang sudah melampaui batas maksimum (12 bulan) mengakibatkan air merembes menembus (bocor) membran sehingga kemampuan  air untuk menekan membran menjadi berkurang dan tidak bisa mengangkat katup yang merupakan tempat saluran masuknya air pengoperasian yang bertekanan tinggi untuk proses penutupan bowl dalam purifier.

Main Seal Ring

Main Seal Ring adalah sebuah perangkat purifier yang berfungsi untuk menutup celah antara bowl body dengan main silinder pada saat terjadinya proses pengoperasian purifier. Jika main seal ring mengalami kerusakan dan keausan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka bahan bakar akan keluar diantara bowl hood dengan main silinder menuju ke saluran pembuangan kotoran. Adapun penyebab rusaknya seal ring yaitu :

a. Faktor pemasangan

Pada saat pemasangan sebuah seal ring harus disertai dengan ketelitian dan teknik yang benar. Pemasangan dari seal ring yang terpasang rapat dan sebagian melintir (berputar) itu akan mengakibatkan bowl body dengan main silinder tersebut tidak rapat, sehingga bahan bakar yang belum sempat dipisahkan dengan air dan kotoran akan keluar melewati celah-celah antara bowl body dan main silinder akibatnya bahan bakar yang masih bersih ikut keluar melalui sludge port atau over flow.


b. Faktor Usia

Kerusakan pada seal ring bisa dipengaruhi oleh faktor usia sebab, komponen ini terbuat dari bahan karet yang lama kelamaan akan menjadi renggang dan bila sudah melewati batas kerja maksimum (enam bulan) secara otomatis sifat-sifat mekanis yang akan ditimbulkan oleh seal ring akan berkurang dan mengakibatkan seal ring tidak lagi berfungsi sebagai perapat yang baik. 

Terkadang meskipun usia dari seal ring belum melewati dari batas maksimum tapi sudah mengalami kerusakan atau sudah tidak berfungsi dengan baik. Ini dikarenakan kualitas dan bahan dari seal ring kurang mempunyai mutu yang tinggi atau kurangnya perawatan secara rutin, maka pada saat pengopersian akan terjadi over flow.

Starting and Stopping the Fresh Water Generator

prosedure Starting and  Stopping the Fresh Water Generator

Starting the Fresh Water Generator

  1. Before starting the fresh water generator we have to check that the ship is not in congested water, canals and is 20 nautical miles away from the shore. This is done because near the shore the effluents from factories and sewage are discharged into the sea can get into the fresh water generator.
  2. Check whether engine is running above 50 rpm, the reason for this is that at low rpm the temperature of jacket water which is around 60 degrees and not sufficient for evaporation of water.
  3. Check the drain valve present at the bottom of the generator is in close position.
  4. Now open suction and discharge valves of the sea water pump which will provide water for evaporation, cooling and to the eductor for creating vacuum.
  5. Open the sea water discharge valve from where the water is sent back to the sea after circulating inside the fresh water generator.
  6. Close the vacuum valve situated on top of the generator.
  7. Now start the sea water pump and check the pressure of the pump. The pressure is generally 3-4 bars.
  8. Wait for the vacuum to build up. Vacuum should be at least 90% which can be seen on the gauge present on the generator. Generally the time taken for the generation of vacuum is about 10 minutes.
  9. When vacuum is achieved open the valve for feed water treatment, this is to prevent scale formation inside the plates.
  10. Now open hot water (jacket water) inlet and outlet valves slowly to about half. Always open the outlet valve first and then inlet valve. Slowly start to increase the opening of the valves to full open.
  11. Now we can see that the boiling temperature starts increasing and the vacuum starts dropping.
  12. The vacuum drop to about 85% which is an indication that evaporation is started.
  13. Open the valve from fresh water pump to drain.
  14. Switch on the salinometer if it has to be started manually. Generally it is on auto start.
  15. Now start fresh water pump and taste the water coming out of the drain.
  16. When fresh water starts producing it is seen that the boiling temperature drops again slightly and vacuum comes back to the normal value.
  17. Check the water coming out of the salinometer is not salty and also check the reading of the salinometer. This is done to see if the salinometer is working properly or not and to prevent the whole fresh water from getting contaminated with salt water. The value of salinometer is kept below 10ppm.
  18. After checking the taste of the water coming out of the salinometer, open valve for tank from the pump and close drain valve.


Stopping the Fresh water Generator

  1. Close the jacket water inlet valves. Generally inlet is closed first and then the outlet valve.
  2. Close the valve for feed water treatment.
  3. Stop fresh water pump.
  4. Switch off the salinometer.
  5. Stop sea water pump (also known as ejector pump).
  6. Open vacuum valve.
  7. Close sea water suction valve and overboard valve. This is generally not required as they are non- return valves. However, in case of valve leaking or damage, these valves are to be closed without fail